Sejarah Desa
Diawali dari cerita BABAD KAARYAN, dimana Sirarya Ngurah Gede dan utusan mohon diri kepada sang Pandita untuk mencari lokasi dalam membangun puri. Tiba –tiba dikejauhan arah selatan dari Dukuh Pengembungan tampak asap mengepul menjulang tinggi seakan-akan menembus langit. Setelah diteliti, ternyata tempat itu sangat cocok untuk sebuah keraton. Daerah itu cukup landai, luas dan memenuhi syarat sebuah kota Kedatuan, baik ditinjau dari unsur pertahanan dan keindahan. Pembangunan Puri pun dimulai. Aturan tata kota sangat rapi, jalan lurus-lurus mengelilingi kota dengan perempatan yang lebar. Pembagian pola pemukiman masing-masing persegi empat panjang, yang dibatasi dengan jalan-jalan dan lorong-lorong yang lurus sehingga mudah mengaturnya. Puri ini ditengah-tengah dengan megahnya berdiri, lengkap dengan pembagiannya seperti yang dijanjikan. Semuanya serasi sehingga tampak angrawit atau sangat indah. Disebelah timur daerah pemukiman ini mengalir sungai Abe dan di sebelah barat sungai Lating yang berfungsi sebagai sarana pertahanan dan aliran kemakmuran. Ini terjadi pada pertengahan abad ke XVII. Pada waktu itu, Ida Cokorda Gede Banjar memasuki puri yang baru ini , diiringi oleh kaula yang cukup banyak, mengisi daerah pemukiman ini. Semuanya merasa puas dan kagum akan kemegahan dan keindahan atau “Kerawitan “ Puri dan sekitarnya. Puri baru ini diberi nama Puri Agung dan wilayah sekitarnya Kerawitan, selanjutnya disebut KERAMBITAN.